Darah untuk Negeri

Gebyar-gebyar cahaya timur
Petang sembunyi dikalang senja
Mata-mata memasang lurus
Kami masih tegak
Kami belum uzur
Di garis depan yang muda-mudi
Di garis depan kami berdiri
Tegap sumpah sepijak tanah
Kami hidup dalam selangkang duri
Dalam luka membarah nanah
Hingga puas
Diperkosa bangsa sendiri
Diamputasi
Diadudomba
Mati masih dimutilasi
Tapi tenang
Mata masih terjaga
Kami masih tegak
Kami belum uzur
Sampai tanah liang mengubur
Dan binasa

— Mei ’17

Bulan Sabit

Berbondong-bondong gelap merapat
Menyinggungku dari belakang
Katanya, “Lupakan saja!”
Kataku, “Jangan!”
Katanya, “Lupakan saja!”
Kataku, “Jangan!”
Katanya, “Lupakan saja!”
Kataku, “Jangan!”
Sampai pagi datang
Kami tak pernah paham apa yang dimaksudkan
Sedang waktu terus bergulir
Membenamkanku

Mei ’17

Aku

Aku hanya satu
Dari seribu kotoran mangsa
Bangsat pengerat
Lalap biru api kuat menyengat
Selebihnya hanya rupa-rupa ilalang
Berpijak ladang penuh pepadi tumbang

Aku hanya satu
Dari kalut malut geger mangsa
Setiap ucap nan tutur
Sembilu merajam setaman subur
Bahwa masih ada hidup
Sedang jiwa tengah meredup

Aku hanya satu
Dari sepikul dosa semesta
Salah mangsa

— Maret ’17

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑